Deontological Ethics
Pendukung
utama dari deontological adalah Immanuel Kant. Kant menyarankan bahwa kita akan
datang pada kesimpulan bahwa kita harus berperilaku berdasarkan prinsip
universal yang diaplikasikan, menerima konsekuensi dari perbuatan. Mengetahui
apa yang dilakukan dalam berbagai situasi akan ditentukan oleh prinsip
universal, bagaimanapun konteks dan konsekuensi dari perbuatan itu. Kant
menyebut prinsip atau aturan yang harus selalu diikuti tanpa pengecualian
sebagai categorical imperatif. Kant berpendapat bahwa kita mempunyai tugas
untuk memperlakukan orang lain sebagai akhir diri mereka dan bertindak dalam
cara yang menghormati kapasitas mereka untuk bertindak. Kant umumnya dikritik
untuk menjadi lebih umum untuk bermanfaat karena Kant menolak situasi individu
yang khusus.
Teori keadilan
John Rawls menjelaskan usaha untuk meningkatkan posisi deontological. Rawls
menyatakan, kita mungkin untuk melihat logika dari kategori yang tidak perlu
dan sepakat bahwa penting untuk memperlakukan orang lain dengan kepedulian,
kita membutuhkan pertolongan dalam memproduksi prinsp ini. Veil of ignorance
adalah solusi dari Rawls. Menurut Rawls, memutuskan dalam sebuah tindakan yang
peduli terhadap apa yang orang lain membutuhkan penempatan diri pada original
position dibelakang a veil of ignorance.
Deontological
Kant merespo pertanyaan bagaimana seseorang harus berbuat berdasarkan pendekatan
deduktif. Posisi pelengkap Rawls dengan
jelas membutuhkan sedikit perbedaan kapasitas moral.
Teleological Ethics
Teological
membangun moralitas dari perilaku tertentu dengan referensi untuk konsekuensi
perilaku tersebut. Consequentialist theory didasarkan pada perbedaan yang
penting antara perilaku yang baik dan tujuan. Perbedaan antara tindakan dan
tujuan menyoroti sumber penting dari kritik posisi consenquentialist. Kritik
ini didasarkan pada kontradiksi yang nyata bahwa ini membiarkan tindakan
menjadi tidak konsisten dengan hasil. Etika deontologi selalu dikritik karena
memproduksi aturan yang sangat general untuk membantu dilama etika yang
spesifik, teleological dikritik karena mengidentifikasi konsekunsi yang mungkin
dari perbuatan yang tidak mungkin dan karena itu dapat digunakan untuk
membenarkan perbuatan tidak terpuji.
Aturan
dan Tindakan Utilitarianism
Utilitarianism adalah bentuk dari argumen
consenquentalist. Perbedaan terletak pada aturan dan tindakan utilitarianism
dimana perbedaan terletak pada konsekuensi untuk waktu terjadinya.
Virtue-Based Approaches to Individual
Action
Teori kebaikan
menyediakan posisi alternatif untuk
pendekatan berbasis prinsip. Teori kebajikan menyatakan bahwa ketika itu
mungkin menjadi penting dapat mengartikulasikan suatu prinsip moral, dalam
praktik kebajikan lebih penting dibandingkan berfilsafat secara abstrak. Perhatian
teori kebajikan adalah ketika individdu mungkin merekatkan kumpulan prinsip,
ini tidak semestinya menyiratkan bahwa prinsip ini adalah bagian dari karakter
mereka.
Reason and Moral Sense Theorists
Kant mencari etika dasar dalam banyak
sifat alasan dan berusaha untuk membangun secara umum prinsip moral yang dapat
diaplikasikan berdasarkan semata-mata pada aplikasi alasan. Scottish pemikir
David Hume berpendapat bahwa alasan
semata dilengkapi individu dengan fakta dari persoalan dan bahwa perilaku
actual dari membuat keputusan moral membutuhkan sesuatu yang lebih dari alasan.
The Earl of Shaftsbury dan Francis Hutcheson menyarankan bahwa perbedaan moral
berdasarkan moral sense dibandingkan alasan. Inner eye adalah sebuah makna yang
ada untuk membedakan yang benar dari yang salah.analisis yang lebih praktikal
dari inner eye adalah dibangunnya Social and Emotional Learning (SEL). SEL menyatakan
bahwa ada perbedaan kategori dari kecrdasan dan bahwa kualitas berkaitan dengan
kecerdasan emosional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar