Bab ini akan mengidentifikasi dan memberikan
pemahaman mengenai faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana individu merespon
secara spresifik dilemma moral dalam praktik. Pendekatan etika yang digunakan
adalah etika deskriptif. Etika deskriptif berbicara mengenai
fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai
suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya.
Etika Akuntan dan Profesi Lainnya
Ada
banyak kasus yang terjadi berkaitan dengan etika seorang akuntan. Peter Harriss
Abbott yang menjadi “akuntan terkemuka” yang ditetapkan oleh Lord Chancellor sebagai
salah satu akuntan yang dapat menangani kasus kebangkrutan. Akan tetapi, Abbott
melakukan kecurangan dan melarikan diri ke Brussels. Kasus Enron menjadi contoh
lain tindakan tidak beretikanya seorang akuntan. Kasus Enron terjadi karena
perusahan melakukan manipulasi data laba yang diperolehnya dan outsourcing
secara total atas fungsi internal audit perusahaan yang pegawainya berasal dari
KAP yang melakukan fungsi audit eksternal.
a. Mantan
Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula
adalah partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.
adalah partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.
b. Direktur
keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
c. Sebagian
besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.
Tak
hanya itu, KAP bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses
peradilan karena telah menghancurkan dokumen-dokumen Enron yang sedang di
selidiki. Karena banyaknya kasus etika yang menjerat akuntan, banyak yang
mempertanyakan etika seorang akuntan.
Karakteristik
Profesi Akuntan
Banyak
penelitian yang mengungkapkan hasil mengkhawatirkan mengenai kecenderungan
etika mahasiswa dan praktisi akuntansi. Artikel Gray (1994) menemukan bahwa pendidikan
yang didapatkan mengambil peran penting dalam pembentukan etika mahasiswa. Hal
yang penting dalam pendidikan akunatansi adalah membangun kemampuan
intelektual, pekerja yang terdidik dalam bidang akuntansi, dan hanya
mempersiapkan ujian bagi seorang professional (menurut beberapa pendapat yang
dimuat di Gray,1994). Bahkan Gray menyatakan bahwa pendidikan bisnis dan
akuntansi mempunyai efek negatif pada pembangunan etika mahasiswa. Mayer
menemukan bahwa mahasiswa bisnis tidak mengakui isu tanggung jawab sosial
berkaitan dengan profesionalisme. Pertama, hal ini disebabkan oleh doktrin
bahwa bisnis hanya untuk memproduksi barang dan jasa untuk membuat laba dan
etika dan tanggung jawab sosial merupakan hal yang tidak penting dalam
pembuatan keputusan, kecuali mempunyai dampak langsung terhadap produksi maupun
profit. Kedua, profesi akuntan juga menyalahkan ketidakadaan bagian etika yang
lebih baik pada kurikulum profesi.
Profesi
Lainnya
Profesi
lainnya juga memiliki masalah yang sama dengan perilaku etika. Hal ini
mengisyaratkan bahwa ada krisis yang luas dalam profesionalisme yang mungkin
berhubungan dengan pergeseran perilaku terhadap gagasan profesi.
Moral
Development Model’s
Kohlberg’s Model
Kohlberg
memiliki gagasan mengenai model untuk menentukan apakah seseorang atau profesi
beretika atau tidak yang dinamakan Cognitive Moral Development. Model ini
sering digunakan untuk mengukur moral maturity individu berdasarkan respon
mereka kepada seri dilemma hipotetikal. Ada tiga level moral maturity individu
yaitu pre-conventional, conventional, dan post-conventional. Setiap level
terbagi menjadi dua tahapan. Pada tahapan pre-conventional, individu memiliki
kecenderungan moral maturity untuk menolah hukuman dan mementingkan kepentingan
pribadi. Pada tahapan conventiona, individu memiliki kecenderungan moral
maturity yang berdasarkan kepentingan kelompok dan hukum sosial. Pada level terakhir,
individu memiliki kecenderungan berdasarkan prinsip moral universal.
Gilligan’s Model
Model ini dikenal dengan etika kepedulian yang
menyajikan pandangan yang lebih tertanam dan empatik dalam pengembangan etika.
Atribut
Individu dan Perilaku Etika : efek dari Umur dan Gender
Gender lebih diarahkan
kepada sifat, bukan kepada factor biologis. Gender, maskulin dan feminis, mempengaruhi
perilau etika individu. Umur pun mempengaruhi akuntan terlibat dalam dilemma
akuntansi. Umur mempengaruhi seorang akuntan terkait dengan dilema moral.
Etika
dan Karakteristik Struktural
Budaya
Banyak bukti yang mengatakan bahwa perbedaan budaya
akan berdampak pada etika, walaupun ada yang membuktikan bahwa budaya tidak
memiliki pengaruh. Jakubowski dkk. menyarankan bahwa perbedaan kewarganegaraan
merefleksikan kode etik akuntan lintas negara. Akan tetapi, Lysonski dan Gaidis
menemukan bahwa respon mahasiswa terhadap dilemma etika cenderung sama.
Organisasi dan Kelompok Individu
Penelitian menyatakan bahwa pembuatan keputusan
etika individu dapat berubah ketika mereka menjadi bagian lebih dari kelompok
formal. Hal ini disebabkan oleh fenomena “grupthink.” Saat ini, pengaruh
keanggotaan kelompok pada perilaku etika telah diperluas melalui ide analisis
network. Literatur juga menyarankan
bahwa etika individu seringkali berubah berdasarkan posisi dan tingkatan
pekerjaan individu dalam organisasi.
Kategorisasi : Etika dan Peran yang
Dimainkan Akuntan
Etika seorang akuntan tidak hanya dihasilkan oleh
lingkungan kerja, tetapi juga lingkungan diluar lingkungan kerjanya. Jika
seorang akuntan berpikir mengenai isu akuntan dengan cara yang dari kelompok
lain, kategori cara yang berbeda akan muncul. Psikologi Kognitif berkembang
karena nilai-nilai yang berada di kelompok lain akan memberikan nilai, norma,
dan perilaku yang berkaitan dengan life domain yang berbeda.
Etika
dan Sifat Dasar Dilema : Etika Situasional
Penelitia juga mengakui bahwa sifat isu etika itu
sendiri juga penting dalam memahami kecenderungan etika individu itu sendiri.
Ada dua isu yang berkaitan dengan sifat isu etika itu sendiri
Moral Intensity
Intensitas moral dipengaruhi oleh sifat dari sebuah
konsekuensi, consensus sosial, posibilitas dampak yang ditimbulkan, kedekatan
sementara, kedekatan, dan konsentrasi dampak.
Moral Framing
Moral framing menyarankan bahwa individu merespon
dilemma etika dengan dua cara tergantung pada kerangka yang mereka alami. Dua
alatnya yaitu bingkai bahasa dan bingkai pemikiran etika.