Introduction
Pada bab ini akan
dibahas perspektif postmodern dan apa yang kita kenal dengan perspektif
newmodern dalam etika. Perspektif postmodern membangun analisis yang lebih
kritis dari hubungan antara identitas etika individu dan kekuasaan (atau lebih
tepatnya, cara dimana kekuasaan dapat beroperasi untuk membuat individu sebagai
subjek etika). Perspektif New Modern akan membicarakan Habermas, pemikir dari
Jerman yang terkenal. Habermas mengkritisi cara beberapa perspektif postmodern
yang timbul untuk meninggalkan pemikiran rasional yang sangat mungkin, dan dia
mencoba untuk menyelamatkan fungsi dari alasan dalam mengatasi tantangan yang kita hadapi sebagai
masyarakat.
Perspektif
Postmodern
Pemikir postmodern
salah satunya adalah Nietzsche yang berpendapat bahwa ini adalah ide dari
moralitas itu sendirilah yang berbahaya dibandikan perilaku tidak beretika.
Nietszhe secara fundamental menantang fokus dari analisis etika konventional.
Analisis postmodern tergambarkan pada premis dasar Nietzsche untuk mendorong
kajian dari etika individu jauh dari pertanyaan bagaimana individu harus
berperilaku, menuju cara
di mana pengertian
tentang baik dan buruk datang, dipertahankan dan beroperasi.
Etika dipandang tidak utama dalam bentuk esensial dan normative; tapi
perspektif postmodern menelusuri bagaimana gagasan etika, dalam hal apa yang
dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, menjadi dapat didefinisikan.
Bagian dari diskusi postmodern mengenai etika merujuk pada kerja (tetapi bukan
dalam makna kesengajaan) yang berlangsung untuk melanjutkan bingkai dari
referensi ini.
Foucault’s Ethics
Foucault mengajukan
pertanyaan : bagaimana individu menjadi subjek etika? Atau, lebih spesifik,
bagaimana pemahaman diri mengenai etika timbul? Foucault’s berpendapat mengenai
kerangka etika yang mendasari dalam bentuk empat element utama
1. Makna
dimana kita mengubah diri kita menjadi subjek etika.
Foucault menggunakan bentuk
self-discipline untuk merujuk pada kekuatan disiplin bahwa kita biasanya
mengerjakan yang berlawanan dengan diri kita untuk mengatur tindakan kita.
Foucault tertarik pada bagaimana individu dengan sengaja dan dalam banyak hal dengan senang hati menjalankan kekuasaan terhadap diri mereka.
Foucault tidak menyarankan bahwa ada grup pengendali dari induvidu sengaja
menyusun strategi mengenai bagaimana individu sengaja menyusun strategi bagaimana cara terbaik untuk mendapatkan kita
untuk mendisiplinkan diri.
2. The
telos
Telos berkaitan dengan tipe individu
yang kita cita-citakan ketika kita mendisiplinkan diri agar berperilaku secara
moral. Dikaitkan dengan akuntan, akuntan secara umum dipandang dalam rubric
ekonomi pasar neoclassical dimana korporasi dipandang bertanggung jawab kepada
masyarakat utamanya untuk memaksimalkan efisiensi dan kekayaan pemilik saham.
Keputusan ekonomi yang rasional dijustifikasi semata-mata dari dampak keuangan
mereka dalam profit. Sedangkan tipe masing-masing akuntan bercita-cita menjadi
meragukan muncul dari campuran kompleks dari sejarah personal, peneliti
menyarankan bahwa gagasan dari efisiensi dan maksimalisasi kekayaan mungkin
kuat tertanam dalam telos akuntansi.
3. Substansi
etika
Elemen ini merujuk pada area dari
kehidupan kita yang kita ambil menjadi daerah untuk penilaian etika atau,
menaruh itu dnegan cara lain, dimana bagian dari kehidupan kita yang terikat
dengan penalaran etika kita. Banyak penelitian mengindikasikan bahwa akuntan
tidak dapat melihat praktik akuntansi sebagai sesuatu yang menyangkut
pertimbangan moral semuanya.
4. Bentuk
penaklukan
Elemen ini merujuk pada media fundamental melalui dimana
kita datang untuk mengakui kewajiban moral kita. Sebagai contoh, dalam
akuntansi, tanggung jawab moral disebabkan utamanya melalui rasio, analisis
ekonomi, bagaimanapun, tipe penaklukan dapat disamakan dengan pepatah agama.
New-Modern
Perspectives : Habermas and Discourse Ethics
Habermas menyajikan
perspektif yang sedikit berbeda dengan etika yang disajikan oleh Foucault.
Habermas berfokus pada bagaimana kita, sebagai masyarakat, dapat mengerjakna
sesuatu secara bersama-sama, bagaimana kita dapat dengan baik memutuskan
sebagai masyarakat apa yang kita kerjakan. Fokus pada fungsi masyarakat dalam
menentukan arah tindakan yang sesuai sangatlah penting. Untuk memulai pemahaman Habermas pada etika,
kita perlu untuk memulai dengan masalah yang cukup rumit : masalah dari
bagaimana kita mengerti setiap orang, atau masalah interpretasi dan pemaknaan
tindakan. Banyak pertanyaan bahwa Habermas terikat dengan hubungan komunikasi
dan pemahaman yang berkaitan dengan kajian yang dinamakan hermeneutika.
Habermas tertarik pada kekuasaan. Dalam fakta datang dari tradisi dari pemikir kritis
terkenal yang disebut The Frankurt Schools di Jerman. Habermas, pertama ingin
menggambarkan minat pada struktur sosial-ekonomi dan hubungan kekuasaan yang
mempengaruhi cara kita menurunkan makna dan pemahaman dari tindakan sosial.
Outwaite (1994) merefleksikan perhatian Habermas cukup tegas ketika dia
mengatakan bahwa bahasa tidak hanya bermakna komunikasi tetapi itu juga “media
dominasi dan kekuasaan sosial”. Habermas mengonsepkan cara dalam kekuasaan
beroperasi melalui makna dalam bentuk distorsi komunikasi.
Berbeda dengan distorsi
komunikasi yang berlaku, Habermas membangun konsep situasi ‘bahasa ideal’.
Teori Habermas tentang komunikasi adalah sebuah usaha untuk merespon tantangan
hermeutika yang ditingkatkan oleh ahli teori kritis sebelumnya dan oleh filosof
hermeneutika. Penting untuk mengapresiasi bahwa Habermas tidak menyatakan bahwa
setiap orang harus berkontribusi pada diskusi dan konteribusi setiap orang
valid dengan yang lainnya. Habermas menyatakan bahwa argumen yang paling
beralasan harus merata. Hal yang penting bahwa kami ingin Anda untuk mengambil
dari diskusi ini adalah fokus Habermas pada tindakan dan proses. Untuk
Habermas, suatu tindakan tertentu tidakdapat dibenarkan kecuali itu telah
muncul dari jenis tindakan komunikatif kolektif, sebuah proses dimana dia mempersyaratkan
situasi bahasa ideal.
Postmodern
and New Modern Perspectives
Habermas dan Foucault
berfokus dengan kekuasaan dan cara instrumentalis kita beralasan, dengan kata
lain obsesi dengan bagaimana secara efisien dan efektif kita bisa mendapatkan
sesuatu dilakukan tanpa merefleksikan pada bagaimana mereka melakukan yang
berharga.bagaimanapun, Habermas berbicara cara tindakan komunikasi menjadi
“dijajah” oleh instrumen rasionalitas dan Foucault berbicara mengenai normalisasi.
Habermas dan Foucault mempunyai respon yang berbeda dan kitamenggunakan posisi
mereka sebagai contoh dari dua kompetisi tren intelektual. Perbedaan ini
mungkin dapat berguna untuk menyediakan deskripsi dari modernitas sebagai
modernitas yang akan muncul, paling tidak pada permukaan, menjadi berkaitan
dengan gagasan ini. Perbedaan ini juga merujuk pada banyak karakteristik jenis
individu yang hidup dengan masyarakat postmodern.
Perbedaan antara
postmodernisme dan moderisme tidaklah mudah, kita tidak bisa mendapatkan
argument yang dapat membantu kita untuk tujuan utama kita. Jika tidak ada,
perdebatan harusnya membuat kita jeli pada kemungkinan bahwa hasil dari profesi
akuntansi selama beberapa tahun terakhir untuk memperkenalkan pelajaran etika,
kode etik, dan pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin dalam cara
yang paradox bekerja bertentangan dengan etika. Ini mengambil lebih positif tentang etika postmodern tidak hanya menahan kecenderungan
untuk menyajikan perilaku etis
dengan cara yang berguna, tetapi juga kewaspadaan terhadap jaminan yang
menyenangkan bahwa etika dapat menjadi mudah diidentifikasi dan dipulihkan
dalam bisnis dengan beberapa metode formulatif, dan diatur secara pantas.
Perspektif ini berusaha untuk mempertahankan komitmen pada moral yang lebih
luas, warga negara dan aspirasi demokratis tanpa tergelincir dalam hal-hal
bersifat preskriptif semata.
Thank's mba atas sharing materinya...
BalasHapusJgn berhenti berbagi ya... :)