Jumat, 21 Maret 2014

5.POST AND NEW-MODERN PERPECTIVES ON ACCOUNTING ETHICS : How have Accountant become ethical?

Introduction
Pada bab ini akan dibahas perspektif postmodern dan apa yang kita kenal dengan perspektif newmodern dalam etika. Perspektif postmodern membangun analisis yang lebih kritis dari hubungan antara identitas etika individu dan kekuasaan (atau lebih tepatnya, cara dimana kekuasaan dapat beroperasi untuk membuat individu sebagai subjek etika). Perspektif New Modern akan membicarakan Habermas, pemikir dari Jerman yang terkenal. Habermas mengkritisi cara beberapa perspektif postmodern yang timbul untuk meninggalkan pemikiran rasional yang sangat mungkin, dan dia mencoba untuk menyelamatkan fungsi dari alasan dalam mengatasi tantangan yang kita hadapi sebagai masyarakat.  
Perspektif Postmodern
Pemikir postmodern salah satunya adalah Nietzsche yang berpendapat bahwa ini adalah ide dari moralitas itu sendirilah yang berbahaya dibandikan perilaku tidak beretika. Nietszhe secara fundamental menantang fokus dari analisis etika konventional. Analisis postmodern tergambarkan pada premis dasar Nietzsche untuk mendorong kajian dari etika individu jauh dari pertanyaan bagaimana individu harus berperilaku, menuju cara di mana pengertian tentang baik dan buruk datang, dipertahankan dan beroperasi. Etika dipandang tidak utama dalam bentuk esensial dan normative; tapi perspektif postmodern menelusuri bagaimana gagasan etika, dalam hal apa yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, menjadi dapat didefinisikan. Bagian dari diskusi postmodern mengenai etika merujuk pada kerja (tetapi bukan dalam makna kesengajaan) yang berlangsung untuk melanjutkan bingkai dari referensi ini.  
Foucault’s Ethics
Foucault mengajukan pertanyaan : bagaimana individu menjadi subjek etika? Atau, lebih spesifik, bagaimana pemahaman diri mengenai etika timbul? Foucault’s berpendapat mengenai kerangka etika yang mendasari dalam bentuk empat element utama
1.      Makna dimana kita mengubah diri kita menjadi subjek etika.
Foucault menggunakan bentuk self-discipline untuk merujuk pada kekuatan disiplin bahwa kita biasanya mengerjakan yang berlawanan dengan diri kita untuk mengatur tindakan kita. Foucault tertarik pada bagaimana individu dengan sengaja dan dalam banyak hal dengan senang hati menjalankan kekuasaan terhadap diri mereka. Foucault tidak menyarankan bahwa ada grup pengendali dari induvidu sengaja menyusun strategi mengenai bagaimana individu sengaja menyusun strategi bagaimana cara terbaik untuk mendapatkan kita untuk mendisiplinkan diri.
2.      The telos
Telos berkaitan dengan tipe individu yang kita cita-citakan ketika kita mendisiplinkan diri agar berperilaku secara moral. Dikaitkan dengan akuntan, akuntan secara umum dipandang dalam rubric ekonomi pasar neoclassical dimana korporasi dipandang bertanggung jawab kepada masyarakat utamanya untuk memaksimalkan efisiensi dan kekayaan pemilik saham. Keputusan ekonomi yang rasional dijustifikasi semata-mata dari dampak keuangan mereka dalam profit. Sedangkan tipe masing-masing akuntan bercita-cita menjadi meragukan muncul dari campuran kompleks dari sejarah personal, peneliti menyarankan bahwa gagasan dari efisiensi dan maksimalisasi kekayaan mungkin kuat tertanam dalam telos akuntansi.
3.      Substansi etika
Elemen ini merujuk pada area dari kehidupan kita yang kita ambil menjadi daerah untuk penilaian etika atau, menaruh itu dnegan cara lain, dimana bagian dari kehidupan kita yang terikat dengan penalaran etika kita. Banyak penelitian mengindikasikan bahwa akuntan tidak dapat melihat praktik akuntansi sebagai sesuatu yang menyangkut pertimbangan moral semuanya.
4.      Bentuk penaklukan
Elemen ini merujuk pada media fundamental melalui dimana kita datang untuk mengakui kewajiban moral kita. Sebagai contoh, dalam akuntansi, tanggung jawab moral disebabkan utamanya melalui rasio, analisis ekonomi, bagaimanapun, tipe penaklukan dapat disamakan dengan pepatah agama.
New-Modern Perspectives : Habermas and Discourse Ethics
Habermas menyajikan perspektif yang sedikit berbeda dengan etika yang disajikan oleh Foucault. Habermas berfokus pada bagaimana kita, sebagai masyarakat, dapat mengerjakna sesuatu secara bersama-sama, bagaimana kita dapat dengan baik memutuskan sebagai masyarakat apa yang kita kerjakan. Fokus pada fungsi masyarakat dalam menentukan arah tindakan yang sesuai sangatlah penting.  Untuk memulai pemahaman Habermas pada etika, kita perlu untuk memulai dengan masalah yang cukup rumit : masalah dari bagaimana kita mengerti setiap orang, atau masalah interpretasi dan pemaknaan tindakan. Banyak pertanyaan bahwa Habermas terikat dengan hubungan komunikasi dan pemahaman yang berkaitan dengan kajian yang dinamakan hermeneutika. Habermas tertarik pada kekuasaan. Dalam fakta datang dari tradisi dari pemikir kritis terkenal yang disebut The Frankurt Schools di Jerman. Habermas, pertama ingin menggambarkan minat pada struktur sosial-ekonomi dan hubungan kekuasaan yang mempengaruhi cara kita menurunkan makna dan pemahaman dari tindakan sosial. Outwaite (1994) merefleksikan perhatian Habermas cukup tegas ketika dia mengatakan bahwa bahasa tidak hanya bermakna komunikasi tetapi itu juga “media dominasi dan kekuasaan sosial”. Habermas mengonsepkan cara dalam kekuasaan beroperasi melalui makna dalam bentuk distorsi komunikasi.
Berbeda dengan distorsi komunikasi yang berlaku, Habermas membangun konsep situasi ‘bahasa ideal’. Teori Habermas tentang komunikasi adalah sebuah usaha untuk merespon tantangan hermeutika yang ditingkatkan oleh ahli teori kritis sebelumnya dan oleh filosof hermeneutika. Penting untuk mengapresiasi bahwa Habermas tidak menyatakan bahwa setiap orang harus berkontribusi pada diskusi dan konteribusi setiap orang valid dengan yang lainnya. Habermas menyatakan bahwa argumen yang paling beralasan harus merata. Hal yang penting bahwa kami ingin Anda untuk mengambil dari diskusi ini adalah fokus Habermas pada tindakan dan proses. Untuk Habermas, suatu tindakan tertentu tidakdapat dibenarkan kecuali itu telah muncul dari jenis tindakan komunikatif kolektif, sebuah proses dimana dia mempersyaratkan situasi bahasa ideal.
Postmodern and New Modern Perspectives
Habermas dan Foucault berfokus dengan kekuasaan dan cara instrumentalis kita beralasan, dengan kata lain obsesi dengan bagaimana secara efisien dan efektif kita bisa mendapatkan sesuatu dilakukan tanpa merefleksikan pada bagaimana mereka melakukan yang berharga.bagaimanapun, Habermas berbicara cara tindakan komunikasi menjadi “dijajah” oleh instrumen rasionalitas dan Foucault berbicara mengenai normalisasi. Habermas dan Foucault mempunyai respon yang berbeda dan kitamenggunakan posisi mereka sebagai contoh dari dua kompetisi tren intelektual. Perbedaan ini mungkin dapat berguna untuk menyediakan deskripsi dari modernitas sebagai modernitas yang akan muncul, paling tidak pada permukaan, menjadi berkaitan dengan gagasan ini. Perbedaan ini juga merujuk pada banyak karakteristik jenis individu yang hidup dengan masyarakat postmodern.
Perbedaan antara postmodernisme dan moderisme tidaklah mudah, kita tidak bisa mendapatkan argument yang dapat membantu kita untuk tujuan utama kita. Jika tidak ada, perdebatan harusnya membuat kita jeli pada kemungkinan bahwa hasil dari profesi akuntansi selama beberapa tahun terakhir untuk memperkenalkan pelajaran etika, kode etik, dan pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin dalam cara yang paradox bekerja bertentangan dengan etika. Ini mengambil lebih positif tentang etika postmodern tidak hanya menahan kecenderungan untuk menyajikan perilaku etis dengan cara yang berguna, tetapi juga kewaspadaan terhadap jaminan yang menyenangkan bahwa etika dapat menjadi mudah diidentifikasi dan dipulihkan dalam bisnis dengan beberapa metode formulatif, dan diatur secara pantas. Perspektif ini berusaha untuk mempertahankan komitmen pada moral yang lebih luas, warga negara dan aspirasi demokratis tanpa tergelincir dalam hal-hal bersifat preskriptif semata.

1 komentar:

  1. Thank's mba atas sharing materinya...
    Jgn berhenti berbagi ya... :)

    BalasHapus