Alhamdulillah, akhirnya bisa juga berbagi tulisan tentang pernikahan. Tiga bulan yang lalu tepat hari Ahad, 7 Juni 2015 saya dan suami telah melaksanakan ijab kabul. Acara berlangsung dengan adat Bugis. Banyak yang mengatakan sih adat Bugis itu ribet. Jujur saja, memang ribet sih tapi kalo ingin menjalaninya dengan senang hati akan mudah kok. Saya asli Makassar, keluarga saya menikah menggunakan adat Makassar. Jika dibandingkan dengan adat Makassar, ada Bugis dalam prosesi pernikahan lebih ribet dikitlah, hehehe. Suami saya asli Bugis dan saya tidak punya pilihan lain selain memakai adat Bugis...
Saya mulai cerita ya, prosesi demi prosesi...
Pertama, ketika suami saya sudah punya niat dan telah mantap secara lahir batin untuk menikah, dia datang ke rumah. Sebelumnya saya sudah ngomong sama seisi rumah kalo di doi mau datang "bicara baik"... Keluarga menentukan hari dan suami saya datang ke rumah. Topiknya sih menanyakan niat, rencana pernikahan, dan kesiapan batin dan materi. Pada tahap ini "uang panai" sudah dibicarakan. Sepahaman saya uang panai itu uang hantaran pihak lelaki untuk pihak perempuan. Sepemahaman saya lagi uang panai itu digunakan untuk prosesi prosesi pernikahan,misal mappettuada, akad nikah, dan resepsi. Setahu saya, uang hantaran ini ada di setiap adat kok. Memberatkan? Menurut saya tidak jika pihak lelaki pandai bernegosiasi dengan baik. Tambahan lagi, jika pihak lelaki tidak menginginkan acara yang mewah, misal prosesi mappettuada dan akad nikah pihak lelaki hanya membawa sedikit keluarga jadi "uang panai"juga bisa ditekan. Jadi, di keluarga saya ga ada kok seperti di berita-berita kalo uang panai itu harus ratusan juta, mungkin keluarga saya lebih moderat kali ya. Balik ke prosesi pertama ini ya, setelah pertemuan selesai, suami saya balik ke rumahnya untuk membicarakan hasil pertemuan. Setelah dicapai kesepakatan, dilanjutkan dengan prosesi kedua...
Prosesi kedua ini dinamakan ma'manu'-manu' dalam bahasa Bugis (jangan tanya ya apa artinya, hehehe saya ga tau) dikeluarga saya menamakan lamaran. Hari itu keluarga besar saya (keluarga dekat banget) telah berkumpul di rumah. Keluarga suamipun datang hanya lima orang. Persiapan keluarga saya ada di makanan berat dan kue bugis yang di tata di dalam bosara. Oiya, karena kesepakatannya memakai adat Bugis, semua yang hadir juga memakai sarung sutra yang melambangkan adat Bugis. Mungkin sepele sih, tapi itu mungkin informatif apalagi bagi kalian yang bukan suku Bugis :) Pembicaraan dalam prosesi ini seputar menanyakan keinginan melamar dari pihak lelaki, penetapan hari pernikahan, penentuan mahar, "peresmian jumlah uang panai".. Jarak antara prosesi pertama dan prosesi kedua ini bisa lama bisa cepat tergantung kesiapan kedua belah pihak.. Waktu saya sih jaraknya 4 bulanan... Lanjut ke prosesi ketiga ya
Prosesi ketiga ini dinamakan mappettuada... Kalo kakakku ngomong sih peresmian lamaran, hehehe. Acaranya lumayan besar. Persiapannya lumayan banyak soalnya dari pihak lelaki akan datang sekitar 70 orang. Saya ceritakan ya satu per satu. Dari pihak perempuan, persiapannya 3 pasang penjemput tamu berbaju bodo, 1 pasang bunga sibali (bunga sibali itu orang yang berpakaian pengantin, bertugas untuk menjemput tamu juga), makanan berat, kue bugis (untuk disajikan dan digunakan untuk membalas hantaran dari pihak lelaki). Oiya, saya didandani memakai baju bodo (boleh juga memakai kebaya sih) dengan dandanan setengah lengkap (minus dadasa' dan bando). Dari pihak lelaki, pengantar bosara (tempat kue bugis) memakai baju bodo, bosara berjumlah ganjil (waktu itu keluarga suami saya membawa 15 buah bosara) yang salah satunya berisi nasi ketan dan gula merah yang bermakna harapan keeratan dan manis pernikahan, sebuah cincin lamaran, dan uang panai. Hal yang dibicarakan dalam prosesi ini adalah peresmian lamaran, pertemuan keluarga besar, dan pemakaian cincin lamaran. Sebelum prosesi pemakaian cincin, saya hanya berada di dalam kamar sampai keluarga suami (waktu itu tante-nya) masuk ke kamar lalu memakaikan cincin. Inilah pertanda lamaran resmi keluarga suamiku. Uang panai juga diserahkan pada keluarga dan yang paling seru adalah keluarga yang belum menikah berebut untuk memegang uang panai itu. Katanya sih berkah agar dimudahkan juga menuju pernikahan..